Bergegas.



NAMA blog ini hanya satu kata. Ya, berkata-kata, saya pilih sebagai jargon blog. Biarkan blog ini berkata-kata semaunya sendiri. Sesederhana itu? Apa arti nama blog? 

Saya pikir waktu memilih nama blog dipicu sebuah esai yang di dalamnya terdapat kata bergegas-gesa. Sekelumit kata yang menggugah. Memiliki sifat dinamis. Bergegas. Melesat. 

Sampai pada akhirnya, baru-baru ini saat mulai rajin dan agak serius bikin update (setelah gagal dengan janji sendiri beberapa tahun silam dan mungkin akan ada kegagalan lagi sejak nulis blog 2009 silam hahaha), nama blog ini terasa beda. Tuan rumah tak tercantum sebagai nama domain. 

Mau tak mau harus diakui ini memilih nama ini juga terinspirasi dari sebuah blog bergizi, tapi mati suri. Sang tuan membikin rumah baru. Kalau di sini boleh disebut, namanya pejalanjauh.blogspot.com. 

Baru-baru ini saya periksa masih ada dan mengada. Bagi penulis pemula dan amatiran, esai-esai di blog itu menggugah. Menawarkan kesunyian (asem sunyi lagi. Afiliasinya pasti soal status.. hahaha). 

Ya, mungkin perlu pemakluman saja, karena sang tuan, waktu menulis di blog itu masih belum punya buku KUA. Nah soal buku yang 'mahalnya' tak terampuni itu, doi tulis di blog barunya kurangpiknik.tumblr.com. 

Satu lagi penulis di dalam 'kesunyian' yang kusuka adalah Agustinus Wibowo dengan trilogi memoar petualangannya ke seantero Asia Tengah. Doi menciptakan defenisi traveling ala gelandangan yang sunyi. Doi menawarkan gaya penulisan yang menginspirasi untuk tipe-tipe blog yang akhirnya sempat kucoba, tapi gagal maning son

Sebetulnya, hari-hari ini rutinitas berburu dan meramu informasi berkonsekuensi pada rendahnya intensitas ngeblog. Sebetulnya, ini hanya alasan saja untuk menutupi kemalasanku. Ibaratnya kambing hitam yang ideal lah (hahaha).

Kembali lagi soal blog sederhana ini. Semula hanya diniatkan sebagai tempat 'sampah' bagi artikel/esai yang tak layak muat di media mainstrim. Hanya sebagai pelipur lara atas kegagalan. Tapi kalau ada tulisan yang dimuat di media ya tetap upload lah, tentu sebagai obat atas segala kegagalan (hahaha).

Pada gilirannya, saya menyadari blog itu hanya sebuah percobaan. Mau diisi atau tidak hanya soal komitmen. Hanya soal waktu. Hanya terminal. 

Ya, blog jadi tempat kita membekukan waktu, menuliskan kenangan (sedih dan senang) dan ruang mengada. Mau jadi apa dan dibuat apa tidak jadi soal. Sifatnya yang coba-coba, berbeda dengan media mainstrim. Ya, blog ini semacam medsos yang suka-suka pemiliknya mau berbuat apa.

Kelamin blog yang tak jelas itu justru menjadi ruang yang membebaskan. Soal pembebasan bisa lah menonton film lama Finding Forester atau Freedom Writers yang menjadi gambaran menulis sebagai sebuah terapi jiwa. Anne Frank, Multatuli dan Kartini, untuk menyebut beberapa nama, membebaskan diri dengan menulis.

Prasyarat pembebasan hanya satu: jujur! Kejujuran atas diri sendiri. Atas apa yang tersurat dan tersirat. Kejujuran terhadap apapun. 

Etapi, ada juga blog hanya sebagai gaya-gayaan dan pencitraan. Tipe ini tidak sedikit. Mungkin juga termasuk saya (hahaha). Ya, balik lagi soal coba-coba. Writers as wanna be

Jadi soal nama blog juga suka-suka saja. Sebetulnya, penjelasan blog ini tidak juga tak usah dibaca dan tak ada gunanya, karena blog ini hanya sebuah percobaan dan kesukaan. 

Tabik.

Zakki Amali







Komentar