artikel pertama di koran

ini adalah artikel pertama di koran (Suara Merdeka/Debat Kampus/Sabtu). terlihat sangat wagu dan lucu. berangkat dorongan seorang kawan yang intens menulis. setelah bergelut dengan berbagai halang tintang, akhirnya dimuat juga. pertama kali lihat ngak percaya. ketika itu aku berada di semarang bersama rofiq dan pipit dan zumi. yah, artikel yang terus membuat aku menulis hingga detik ini, dan seterusnya. semoga.

Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalahkah?

Oleh : Zakki Amali

Tanpa bahan bakar, mesin tidak akan mampu bergerak dan menggerakkan. Manusia juga membutuhkan bahan bakar berupa makanan. Dua hal yang sama-sama membutuhkan bahan bakar tetapi berbeda dalam segi kelanggengannya.

Menjadi maklum adanya bahan bakar kendaraan bermotor terasa mahal dan semakin langka saja, menipisnya cadangan minyak dunia tidak lain dikarenkan posisinya sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Di sudut lain kendaraan bermotor membutuhkan BBM yang banyak seiring bertambah banyaknya kuantitasnya. Seimbangkah perbandingan tersebut!

Menyoal fenomena semacam itu, pemerintahpun melahirakn sebuah terobosan baru dengan kartu smart cardnya. Permenungan panjang dilewati dalam mendedahkan problem solving ini. Mulai dari mempertimbangkan melonjaknya harga minyak dunia -hingga pernah menyentuh angka $100 Dolar perbarel, sampai menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia, khusunsya pemenuhan suplai bahan bakar kendaraan bermotor (BBM). Tapi apakah cara pemerintah mengatasi masalah tersebut akan menyelesaikan masalah atau malah menimbulkan masalah?

Jawabya bukan terletak pada bermasalah apa tidak, melainkan pada cara yang digunakan pemerintah mengatasi kelangkaan BBM. Fungsi Smart Card hanya dapat diarasakan sementara, ia sebatas obat penghilang ‘rasa sakit’ bukan obat penyembuh yang sebenarnya. Karena pangkal permasalahannya adalah pada banyaknya kendaraan bermotor yang jelas membutuhkan BBM, bukan pada pembatasan dan pengefisienan pemakainnya. Andaikata jumlah kendaraan bermotor tidak sebanyak sekarang niscaya kelangkaan BBM tidak akan terjadi.

Yang perlu dipangkas habis adalah nafsu serakah masyarakat Indonesia dalam kepemilikan kendaraan bermotor. Banyaknya kendaraan bermotor yang dimiliki sebuah keluarga tekadang melebihi batas kebutuhan normal. Misal saja sebuah keluarga dengan pendapatan di atas rata-rata cukup mempuynai satu sepeda motor dan sebuah mobil, tetapi dalam realita melebihi dari semestinya dan itu banyak kita jumpai disekitar kita.

Selain mengakampanyekan pembatasan pemakaian BBM bagi kalangan yang berpendapatan di atas rata-rata yang notabene banyak ‘mengkonsumusi‘ BBM, pemerintah juga mengkampanyekan hemat kepemilikan kendaraan bermotor dan kalau perlu memperketat izin produksi dan distribusi kendaraan bermotor dari dalam maupun luar negeri.

Sebuah dilema memang menyoal BBM yang semakin langka. Di satu sisi dibutuhkan dan di sisi lain cadangan minyak dunia semakin menipis. Iktiyar pemerintah akan berbuah bilamana tidak hanya memikirkan kebutuhan BBM yang terus bertambah, melainkan pula akar permasalan tersebut yaitu pada banyaknya kendaraan bermotor sendiri. Bukan mustahil pemerintah mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah, bukan menyelesaikan masalah dengan masalah.

*sumber : Suara Merdeka, 23 Februari 2008

Komentar